Jumat, 07 September 2018

Muqaddimah


بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Blog ini Saya buat sebagai media menulis pemikiran Saya di bidang agama .

Namun sebelumnya ada hal penting yang harus Saya sampaikan kepada pembaca yang budiman . Bahwa apa yang Saya tulis di sini belum seluruhnya mampu Saya aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari .
Masih sangat banyak kekurangan pada pribadi Saya yang harus Saya benahi .

Saya berharap pembaca tidak salah persepsi tentang pribadi Saya hanya karena membaca tulisan-tulisan Saya .
Saya tidak ingin di katakan alim , sholeh serta pujian lainnya yang belum ada pada diri Saya .
Sesungguhnya hanya Alloh Subhanahu wa Ta'ala saja lah yang mengetahui keadaan diri Saya .

Apa yang Saya tulis di sini hanyalah nasehat bagi diri Saya sendiri dan berharap memberi manfaat pada orang lain yang kelak akan memperberat timbangan amal kebaikan Saya di Akhirat .
Karena dakwah kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala adalah sebaik-baik perkataan serta memiliki banyak keutamaan .

Alloh Tabaroka wa Ta'ala berfirman :

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

" Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Alloh , mengerjakan amal yang saleh dan berkata : " Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri ? " QS Fushilat 33 .

Rasulullah Shollallohu alaihi wa Sallam bersabda :

فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

“ Demi Alloh , sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Alloh) melalui perantaraanmu , maka itu lebih baik dari unta merah . " Muttafaqun alaih .

Unta merah adalah kendaraan terbaik di zaman Nabi Shollallohu alaihi wa Sallam . Jadi jika ada orang yang mendapatkan hidayah Alloh Ta'ala melalui perantaraan kita , maka pahalanya jauh lebih baik dari kendaraan terbaik saat ini .

Semoga Alloh Subhanahu wa Ta'ala memudahkan Saya untuk berbagi ilmu dan pengalaman di sini , yang dengan nya kadar keimanan serta ketaqwaan kita semakin meningkat .

Aamiin Aamiin Ya Rabbal Alamiin

Sabtu, 25 Agustus 2018

SECUPLIK BIOGRAFI

1. Masa Kecil

Saya terlahir bukan dari keluarga yang agamis . Bapak adalah seorang nasionalis - Soekarnois - marhaenis . Beliau aktivis PNI di zaman Orde Lama .
Ibu tentu mendukung ideologi serta perjuangan Bapak . Bahkan sampai mengalami peristiwa pahit saat meletus pemberontakan G 30 S / PKI di tahun 1965 .
Sehingga nilai-nilai yang di tanamkan Ibu pada Saya sebatas nilai-nilai moral sebagai produk dari budaya timur yang santun .
Tidak ada pendidikan agama kecuali sekedar di ikutkan mengaji mengikuti anak-anak sepermainan lainnya .

Di masa kecil itu Saya malah akrab dengan seekor anjing bernama kinoe . Anjing milik seorang teman Bapak yang rumahnya berjarak 200 meter an dari rumah kami di Simo Pomahan Surabaya .

Setiap hari kinoe ke rumah , berjam-jam menemani Saya bermain . Enggak pulang kalau belum di panggil majikannya atau Saya suruh pulang .
So , ketika kinoe mati bapers banget .
Itu di awal tahun 80 an saat duduk di bangku SD .

2. Masa Remaja

Kondisi kering dari nilai-nilai agama berlanjut hingga masa remaja .
Saya tumbuh sebagaimana remaja metropolis lainnya .

Suka nongkrong , jalan-jalan di Mall seperti Tunjungan Plaza , Delta Plaza dll , cuap-cuap di radio Suzanna , Camping dsb nya .
Paling demen nonton konser musik terutama KLa Project , ngefans banget dech . Atau nonton bola di stadion gelora 10 november Tambaksari Surabaya .
Saking hobby nya sama bola sampai sempat bercita-cita jadi pemain bola dan bergabung di klub Sasana Bhakti yang latihan nya di lapangan Bogowonto Surabaya .

Selain musik dan sepak bola Saya juga punya hobby melukis wajah .
Dan hasil lukisan Saya persis banget lho .
Kenapa wajah manusia ?...
Karena bagi Saya manusia itu unik dan menarik . Saya gemar memperhatikan pola tingkah manusia , sampai-sampai mengoleksi buku-buku psikologi demi menuntaskan rasa penasaran apa sih yang melatarbelakangi perilaku mereka .

Baca dan nulis , itulah hobby Saya berikutnya .

Awalnya suka baca novel dan nulis-nulis cerpen . Kemudian mulai tertarik baca buku-buku berat kayak filsafat dan politik .
Bapak lah yang menanamkan minat itu sebelumnya dengan menyodorkan buku-buku Soekarno dan banyak bercerita tentang sosok proklamator RI tersebut . Apalagi rumah sering di pake nimbrung teman-teman Bapak yang aktivis dan simpatisan PDI .

Saya mendaftar anggota di 3 perpustakaan sekaligus untuk menyiasati keterbatasan budget beli buku . Mulanya cuman  Perpustakaan Nasional di balai pemuda Surabaya dan Perpustakaan Daerah di Arif Rahman Hakim Surabaya . Lalu Perpustakaan Islamic Centre di Dukuh Kupang Surabaya saat mulai tertarik belajar Islam .

3. Saat hidayah datang

Hidayah datang pertama kali pada Ibu . Entah dari mana awalnya . Yang Saya tau beliau punya buku tuntunan shalat lengkap dan mulai rajin beribadah sebelum di ajak bergabung ke kelompok pengajian yang salah satu jama'ahnya artis penyanyi Ita Purnamasari oleh saudara misan Saya .

Ibu pun mulai sering menasehati dan menyuruh Saya ke Masjid tapi enggak Saya turuti .
Barulah setelah Bapak meninggal dunia pada tahun 1993 , hati ini mulai tergerak .

Waktu itu Saya suka berambut panjang sepunggung dengan celana jean's yang robek dengkulnya .

Lucu , suka nongkrong di jembatan pas adzan maghrib , eh malah nasehatin teman yang melintas hendak ke Masjid .
" Yang rajin sholat ya...jangan seperti Saya  belum dapat hidayah ."

Selain Ibu yang rajin menasehati dan mendoakan . Alloh Ta'ala mendatangkan seorang teman bernama Hartono , santri Pondok Pesantren Al Mashudiyah Driyorejo Gresik . Kami kemudian bersahabat dan dia sering mengajak Saya mengikuti kegiatan di Pesantren nya seperti acara wisuda santri yang sering mendatangkan mantan penyanyi Ida Laila .

Orang ketiga yang berperan di awal datangnya hidayah adalah pak Yakob , ayah dari 2 sahabat karib Saya Fadjar Satriya dan Fathoni .
Hampir setiap hari Saya main ke rumah mereka yang jadi base camp teman-teman .

Ayah , begitu Saya memanggil pak Yakob dan memang beliau sudah menganggap Saya seperti anak sendiri , melihat perubahan pada diri Saya .

Beliau pun mengajak Saya bergabung di kelompok yasin tahlil dan ikut pengajian rutin di musholla . Kebetulan Ustadz nya mantan guru agama Saya di sekolah dulu .
Saya juga di perkenalkan dengan ustadz Munawar dari Langitan Tuban dan berguru pada beliau . Setiap abis Subuh Saya mempelajari kitab klasik di rumah beliau .

Setelah itu di mulailah perjalanan Saya menuntut ilmu agama .
Berbagai majelis taklim di Surabaya pun Saya hadiri .

4. Gandrung Tasawuf

Literatur yang paling Saya suka kala itu adalah tasawuf . Saya banyak melahap buku-buku tentang tasawuf dan menyediakan kamar khusus untuk dzikir dan khalwat .

Guru Ibu Saya yakni bu Nyai Juwairiyah kemudian membimbing Saya . Sebelumnya ada ritual yang harus Saya jalani , yakni Saya harus berdzikir kalimat tahlil dalam keadaan suci menghadap kiblat lalu beliau mengitari Saya sambil berkata : " Belum saatnya kamu di atas , turunlah . "
Lalu bertanya pada Ibu :
" Bapaknya ini aliran apa ? "
" Kebatinan ." jawab Ibu .
" Benar aja , anak ini sudah ' berisi ." Terang bu Nyai .

Tapi bu Nyai Juwairiyah pernah mengingatkan Saya saat ada teman mengira Saya ikut tariqah menyimpang yang meninggalkan Syariat karena telah mencapai maqam hakikat .

5. Mengenal Harakah

Toni , pemuda berjenggot lebat dan bercelana di atas mata kaki adalah sosok yang juga berkontribusi dalam perjalanan Saya menuntut ilmu agama .
Saya banyak bertukar pikiran dengan aktivis FPI di awal era tahun 2000 an ini . Saya sering meminjam buku dari nya dan dia merekomendasikan beberapa majelis taklim untuk Saya hadiri .

Sempat ada insiden kecil saat Saya mengundangnya jadi pembicara di kelompok yasin tahlil yang Saya bentuk .
Semula ia menolak karena ritual yasinan - tahlilan ia anggap bid'ah , tapi kemudian bersedia .

Seusai acara justru Saya yang di komplain teman-teman . Tapi Alhamdulillah , dari insiden itu kegiatan remaja masjid jadi hidup lagi .

Kenapa ?
Karena terbentuknya kelompok tersebut merupakan respons Saya atas keluhan teman-teman soal vakumnya Remas . Setelah kejadian itu Takmir pun mengaktifkan kembali Remas dan kelompok tahlilan Saya pun bubar .

6. Segala sesuatu ada masa nya

Akhir masa remaja adalah masa di mana Saya begitu bersemangat menuntut ilmu agama dari banyak halaqah dan guru . Tapi setelah menikah intensitas nya jauh menurun .
Banyak faktor penyebab yang tak bisa Saya tulis di sini . 

Terutama setelah pindah dari Simo Pomahan Surabaya ke Kota Baru Driyorejo Gresik yang saat itu masih lumayan sepi .
Jadi Saya cuman baca-baca buku dan dengar ceramah dari radio serta televisi di rumah . Walaupun saat itu Saya dekat dengan seorang Ustadz dari Sepanjang Sidoarjo , bahkan sudah seperti saudara .

7. Hijrah ke Jombang 

Pada tahun 2004 Saya memutuskan hijrah ke Jombang karena mertua sudah semakin sepuh dan tinggal sendirian .
Sempat dilema sebenarnya karena kerangka berpikir keagamaan Saya saat itu mulai berubah .
Jombang adalah basis Nadhliyin , sementara banyak perkara ibadah mereka yang sudah tidak sesuai lagi bagi Saya . 

Tapi Alhamdulillah lewat perantara teman istri , kami pun bergabung ke halaqah PKS .
Kurang sreg juga sebenarnya karena Saya sudah enggan ikut-ikutan politik . Saya ingin bisa totalitas belajar ilmu agama . Tapi karena yang cocok cuman ngaji di PKS , jadi ya jalan terus . Apalagi istri begitu semangat ingin belajar agama juga .

8. Mengenal dakwah Salaf

Alloh Subhanahu wa Ta'ala sungguh Maha Mengabulkan doa hamba Nya .
Di tahun yang sama akhirnya Saya berkenalan dengan dakwah Salafy di Kediri .
Saya memang sering curhat pada teman-teman soal ngaji model gimana yang Saya cari .
Dan saatnya pun tiba .
Ketika suatu hari Saya sedang membetulkan antena televisi di samping rumah , tiba-tiba muncul pak Mashuri ( alm ) dari Pare Kediri . Beliau sosok dengan jenggot lebat dan bercelana di atas mata kaki . Kedatangannya cuman memberi info taklim di Pare .

Pada hari yang di tentukan kami bersama istri masing-masing pun meluncur ke tempat taklim .
Di situ berkumpul Orang-orang berjenggot dan bercadar .

Hati Saya begitu gembira apalagi setelah mendengarkan kajian Ustadz Muhammad Yusron yang di kemudian hari menjadi guru yang begitu Saya cintai dan banyak membantu Saya dalam berbagai kesulitan .

Beberapa hari setelahnya Saya pun berkenalan dengan Ustadz Abdulloh Amin yang saat itu baru pulang dari menuntut ilmu di negeri Yaman .
Kedua Ustadz ini sungguh tak akan bisa Saya lupakan kebaikan mereka . Tak pernah sekalipun mereka menolak ketika Saya datang minta di bacakan sebuah kitab , walaupun mereka dalam keadaan udzur .

Malah pernah Ustadz Amin sampai tertidur saat membacakan kitab aqidah pada Saya karena memang sedang kelelahan . Demikian juga Ustadz Yusron , kalau Saya datang pas beliau akan pergi bersama istrinya maka beliau tunda dan mendahulukan mengajar Saya .

Perkenalan dengan dakwah Salafy adalah berseminya kembali semangat yang dulu begitu membara di masa remaja .
Kali ini malah lebih totalitas . Tidak lama setelah berkenalan dengan kedua Ustadz di atas Saya pun memotong semua celana di atas mata kaki , bahkan selama 7 tahun berikutnya Saya selalu mengenakan sarung dan peci ke manapun pergi bahkan saat bekerja . Kadang malah berjubah dan bersorban . 
Jenggot pun Saya biarkan tumbuh lebat dan istri mulai mengenakan cadar .

Walaupun performance Saya seperti itu sama sekali tak mengganggu relasi kerja dengan non muslim .
Mereka justru terlihat nyaman dan akrab . Bahkan ada yang suka curhat .

Banyak perubahan besar pada diri kami di tahun itu . Televisi yang baru di pasang antena langsung Saya jual , talak tiga Saya jatuhkan pada rokok yang telah setia menemani sejak masih sekolah , pesta demokrasi tidak lagi Saya ikuti , musik - melukis makhluk Saya tinggalkan . Pokoknya kami benar-benar menjadi Orang asing ( al ghuroba ) sebagaimana di sebutkan dalam hadits .

Hal ini membuat kaget saudara , sahabat , teman dan orang-orang yang mengenal kami .
Tapi tekad sudah bulat dan selama 7 tahun berikutnya Saya totalitas menuntut ilmu Syar'i serta berdakwah .

Tiada hari tanpa belajar , baik mengikuti kajian-kajian umum di Jombang , Kediri , Mojokerto , Gresik , Sidoarjo dan Surabaya . Maupun privat pada asatidz di kota-kota tersebut terutama Kediri .
Saya belajar ilmu alat , aqidah , manhaj dan fiqih dari asatidz yang berbeda .

Mobilitas Saya begitu tinggi baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah . 
Membidani lahirnya majelis ilmu di Surabaya , Gresik dan Jombang .
Rumah pun Saya jadikan markas ilmu dengan menjadwal beberapa ustadz secara bergilir mengajar ilmu alat , aqidah , manhaj serta fikih .

Kadang Saya mengundang juga mahasiswa Universitas Islam Madinah yang sedang mudik untuk ikut mengajar sekalian Saya todong belajar secara privat .

Pahit getir nya dakwah seperti cacian , hinaan bahkan ancaman sudah jadi santapan sehari-hari .
Hingga setelah berjalan beberapa tahun dan Saya di panggil aparat karena di anggap meresahkan masyarakat , Saya pun menghentikan kegiatan belajar mengajar di rumah .

Baru pada 2014 atas permintaan teman-teman Saya membuka lagi taklim di rumah tanpa mengundang ustadz dari luar , alias Saya sendiri yang mengajar sebatas kemampuan .

9. Merekonstruksi kembali paradigma 

Karena sebab yang tidak bisa Saya tulis di sini , majelis taklim itu pun kembali Saya hentikan tanpa ada tekanan dari pihak lain . Tepat saat Ibu Saya meninggal dunia .

Dan atas pertimbangan yang matang Saya pun merekonstruksi lagi paradigma berpikir Saya tentang agama dan memutuskan kembali pada kearifan lokal serta berbaur dengan masyarakat .

Juga untuk sementara waktu vakum dari aktivitas taklim . Hanya muroja'ah sendiri di rumah dengan membaca buku-buku terutama buku tasawuf sambil dengar ceramah ustadz Abdul Somad di internet , kebetulan lagi nge fans banget ama ustadz yang sedang naik daun ini .

Sebenarnya Saya sedang mencari halaqah tapi belum menemukan . Halaqah yang Saya cari kriterianya harus independen , enggak berafiliasi ke ormas keagamaan atau Parpol Islam tertentu . Enggak fanatik golongan / mazhab , menghargai perbedaan , merealisasikan persaudaraan di antara kaum muslimin serta mengutamakan tazkiyatun nafs dan akhlakul karimah .

Selain itu saat ini Saya fokus membangun ekonomi dan bisnis karena peran ekonomi dalam membangun masyarakat yang agamis begitu urgen dan menjadi sebuah keniscayaan .

In Syaa Alloh di blog ini nanti Saya juga akan membahasnya selain tema-tema lain yang Saya harap menjadi kontribusi dalam Syiar Islam .


Itu sedikit cuplikan perjalanan religi Saya . 
Semoga Alloh Subhanahu wa Ta'ala senantiasa membimbing kita untuk Istiqomah dalam beribadah kepadaNya .

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“ Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin ( ajal ) .” QS. Al Hijr 99 .

Biodata :
Nama           : Agung Budy Nugraha
Lahir            : Surabaya , 6 Maret 1974
Agama         : Islam
Istri              : Nia Nugraha
Anak            : Duta Abdulloh
Domisili      : Pulorejo Ngoro Jombang 

MUSLIM SUKA SEBARKAN SALAM

Amalan ringan yang banyak di tinggalkan Kaum Muslimin adalah menyebarkan salam . Entah apa yang membuat enggan melakukan saat bertemu Saudar...